EPISTEMOLOGI DALAM KONSEP ISLAM: BAYANI, BURHANI, DAN IRFANI
Kata Kunci:
Epistemologi Islam, Bayani, Burhani, Irfani, Pemikiran Islam, MetodologiAbstrak
Epistemologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari hakikat, sumber, metode, dan validitas pengetahuan memiliki karakteristik khusus dalam konteks Islam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tiga sistem epistemologi utama dalam tradisi pemikiran Islam, yaitu bayani, burhani, dan irfani, serta mengidentifikasi kontribusi dan tantangannya dalam memahami pengetahuan Islam kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan (library research) melalui analisis terhadap karya karya klasik dan kontemporer tokoh-tokoh pemikir Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa epistemologi bayani menekankan otoritas teks suci (Al-Qur'an dan Hadis) sebagai sumber utama pengetahuan, dengan akal berfungsi sebagai instrumen penafsiran yang tetap terikat pada teks. Metode ini dikembangkan oleh Al-Syafi'i melalui lima tingkatan bayan dan digunakan secara luas dalam disiplin fiqh, ushul fiqh, dan ilmu kalam. Epistemologi burhani berlandaskan pada kekuatan akal dan logika deduktif yang diadopsi dari tradisi Aristotelian, dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibn Bajjah. Sistem ini memposisikan akal sebagai instrumen utama dalam memperoleh pengetahuan, bahkan dalam bidang keagamaan. Sementara itu, epistemologi irfani menekankan pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengalaman batin, kasyf, dan ilham, dengan metode riyadhah, uzlah, dan pembersihan spiritual yang dikembangkan dalam tradisi tasawuf. Ketiga sistem epistemologi ini memiliki karakteristik, kekuatan, dan kelemahan yang berbeda. Bayani memberikan legitimasi tekstual yang kuat namun cenderung kurang mempertimbangkan konteks sosial budaya. Burhani menawarkan pendekatan rasional dan objektif tetapi terbatas pada yang dapat dijangkau akal. Irfani memberikan kedalaman spiritual dan makna esoterik namun bersifat subjektif dan sulit diverifikasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi ketiga pendekatan epistemologi tersebut dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap pengetahuan Islam, dengan tetap mempertimbangkan tantangan dalam penerapannya di era modern yang memerlukan keseimbangan antara pendekatan tekstual, rasional, dan spiritual.